Penyelesaian masalah melalui proses pencarian atau searching
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Nama : Rendy Noviantono
Kelas : 3KA10
Npm : 15115757
Dosen : Essy Malays Sari
Sakti
a. Pengertian Metode
Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Metode
pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian
masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha – usaha untuk
menyelesaikannya sampai menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa:
Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem
solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha
untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214)
menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran tidak terbatas pada
buku saja tetapi juga bersumber dari peristiwa – peristiwa tertentu sesuai
dengan kurikulum yang berlaku. Ada beberapa
kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
a)
Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias
dari berita, rekaman video dan lain – lain
b)
Bersifat familiar dengan siswa
c)
Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d)
Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku
e)
Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa
perlu untuk mempelajari
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode pemecahan masalah banyak digunakan
guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak
memberikan informasi dulu tetapi
informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan
masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau
pengamatan.
Suatu soal dapat dipandang sebagai “masalah”
merupakan hal yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah
bagi seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang rutin belaka.
Dengan demikian, guru perlu berhati-hati dalam menentukan soal yang akan
disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi sebagian besar guru untuk memperoleh
atau menyusun soal yang benar-benar bukan merupakan masalah rutin bagi siswa
mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan tetapi hal ini akan dapat diatasi
antara lain melalui pengalaman dalam menyajikan soal yang bervariasi baik
bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan, serta tuntutan kemampuan intelektual
yang ingin dicapai atau dikembangkan pada siswa.
Pembelajaran problem solving merupakan
bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45)
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di
mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut
untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali
informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari
permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai
satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara
kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu
melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode
pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran
yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang
diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.
b.Manfaat dan Tujuan
dari Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)
Manfaat dari
penggunaan metode problem solving
pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
a)
Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam
memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan
mandiri
b)
Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa,
anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makin bertambah
c)
Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau
keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam
ragam altenatif
d)
Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu
lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara
individual maupun kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung
kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem
solving adalah sebagai berikut.
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik
bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa
meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
c. Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya
W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu
Tahap
– Tahap
|
Kemampuan
yang diperlukan
|
1)
Merumuskan masalah
|
Mengetahui
dan merumuskan masalah secara jelas
|
2)
Menelaah masalah
|
Menggunakan
pengetahuan untuk memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut
|
3)
Merumuskan hipotesis
|
Berimajinasi
dan menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternative penyelesaian
|
4)
Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis
|
Kecakapan
mencari dan menyusun data menyajikan data dalam bentuk diagram,gambar dan
tabel
|
5)
Pembuktian hipotesis
|
Kecakapan
menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung
Ketrampilan
mengambil keputusan dan kesimpulan
|
6)
Menentukan pilihan penyelesaian
|
Kecakapan
membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang
terjadi pada setiap pilihan
|
Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan
Johnson dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya
dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan
sebagai berikut:
a)Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah,
baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada siswa
untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain stroming).
Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya dipapan tulis tanpa
mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat
yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan
demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan
yang tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan –
perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu rumusan yang paling
tepat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah
berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan
sebab – sebab timbulnya masalah
3. Merumuskan
Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan
berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus
kreatif, berpikir divergen, memahami
pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4. Menentukan dan
menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka
dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan
pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5. Mengevaluasi
Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi
proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu
(evaluasi hasil) ?
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat
disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam
memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan
adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan
adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah
memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan
pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang
diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan
keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif
pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)
Pembelajaran problem solving ini memiliki
keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem
solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,
berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara
realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia
kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem
solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
Daftar Pustaka
Arends, Richard
I. (2008) . Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh/
Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dhajiri, Ahmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran
Afektif-Nilai-Moral-VCT dan Games dalam VTC. Bandung : Jurusa PMPKn IKIP
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT. Grasindo
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Grafindo.
Sudirman,dkk.(1987.)Ilmu Pendidikan.
Bandung: Remadja Karya
Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan
Zain . (2006) Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta
Pengertian
Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah
|
Pemecahan
masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh
penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan
segera (Saad & Ghani, 2008:120).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya, 1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar (Rosdiana & Misu, 2013:2).
Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut (Syaiful, 2012: 37):
Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya, 1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar (Rosdiana & Misu, 2013:2).
Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut (Syaiful, 2012: 37):
1.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika,
bahkan sebagai jantungnya matematika.
2.
Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa
tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena
masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya.
Tahapan
Pemecahan Masalah
Ada empat tahap pemecahan
masalah yaitu; (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan, (3)
melaksanakan rencana, (4) memeriksa kembali (Polya, 1973:5). Diagram pemecahan
masalah Polya dapat dilihat pada Gambar berikut.
Dari diagram tahapan pemecaham masalah diatas, dapat dirincikan sebagai berikut (Polya, 1973:5-17):
a. Memahami
masalah (understand the problem)
Tahap pertama pada
penyelesaian masalah adalah memahami soal. Siswa perlu mengidentifikasi apa
yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai-nilai yang
terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang dapat
membantu siswa dalam memahami masalah yang kompleks: (1) memberikan pertanyaan
mengenai apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan masalah sesuai dengan
kalimat sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah lain yang serupa, (4)
fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5) mengembangkan model,
dan (6) menggambar diagram.
b. Membuat
rencana (devise a plan)
Siswa perlu
mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa dengan cara
seperti: (1) menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3) mensketsa diagram,
(4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6) membuat tabel, (7)
eksperimen dan simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji semua kemungkinan,
(10) mengidentifikasi sub-tujuan, (11) membuat analogi, dan (12) mengurutkan
data/informasi.
c.
Melaksanakan rencana (carry out the plan)
Apa yang diterapkan
jelaslah tergantung pada apa yang telah direncanakan sebelumnya dan juga
termasuk hal-hal berikut: (1) mengartikan informasi yang diberikan ke dalam
bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama proses dan perhitungan
yang berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa perlu mempertahankan rencana
yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak bisa terlaksana, maka
siswa dapat memilih cara atau rencana lain.
d. Melihat
kembali (looking back)
Aspek-aspek
berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-langkah yang
sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1) mengecek kembali
semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2) mengecek semua
perhitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan apakah solusinya logis;
(4) melihat alternatif penyelesaian yang lain; dan (5) membaca pertanyaan
kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah benar-benar
terjawab.
Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22), ada lima tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:
Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22), ada lima tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:
1.
Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah mencatat kata
kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau
menyatakan kembali masalah ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
2.
Mengeksplorasi (explore). Proses ini meliputi pencarian pola untuk
menentukan konsep atau prinsip dari masalah. Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi masalah yang diberikan, menyajikan masalah ke dalam cara yang
mudah dipahami. Pertanyaan yang digunakan pada tahap ini adalah, “seperti apa
masalah tersebut”?. Pada tahap ini biasanya dilakukan kegiatan menggambar atau
membuat tabel.
3.
Memilih suatu strategi (select a strategy). Pada tahap ini, siswa
menarik kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap
pertama.
4.
Menyelesaikan masalah (solve the problem). Pada tahap ini semua
keterampilan matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan suatu
jawaban.
5.
Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend). Pada tahap ini, siswa
mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi daro cara memecahkan
masalah.
Sedangkan
Dewey (Carson 2008: 39) menyatakan tingkat pemecahan masalah adalah sebagai
berikut:
1.
Menghadapi masalah (confront problem), yaitu merasakan suatu kesulitan. Proses ini bisa
meliputi menyadari hal yang belum diketahui, dan frustasi pada ketidakjelasan
situasi.
2.
Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi
karakteristik-karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan mengkhususkan
apa yang diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan tujuan-tujuan, dan
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standar dan ekstrim.
3.
Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari solusi.
Tahap ini bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengidentifikasi
langkah-langkah dalam perencanaan, dan memilih atau menemukan algoritma.
4.
Konsekuensi dugaan solusi (conjecture consequence of solution), yaitu melakukan rencana
atas dugaan solusi. Seperti menggunakan algoritma yang ada, mengumpulkan data
tambahan, melakukan analisis kebutuhan, merumuskan kembali masalah, mencobakan
untuk situasi-situasi yang serupa, dan mendapatkan hasil (jawaban).
5.
Menguji konsekuensi (test concequnces), yaitu menguji apakah
definisi masalah cocok dengan situasinya. Tahap ini bisa meliputi kegiatan
mengevaluasi apakah hipotesis-hipotesisnya sesuai?, apakah data yang digunakan
tepat?, apakah analisis yang digunakan tepat?, apakah analisis sesuai dengan
tipe data yang ada?, apakah hasilnya masuk akal?, dan apakah rencana yang
digunakan dapat diaplikasikan di soal yang lain?.
Daftar
Pustaka
- Polya, G. 1980. On
Solving Mathematical Problems in High School. New Jersey: Princeton
Univercity Press.
- Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S 2005. The Sources of
Pedagogical Content Knowledge (PCK) Used by Mathematics Teacher During
Instructions: A Case Study. Departement of Mathematics. Universiti
Pendidikan Sultan Idris.
Searching:
Uninformed & Informed
Searching
adalah mekanisme pemecahan masalah yang paling umum di dalam kecerdasan buatan.
Di dalam permasalahan-permasalahan kecerdasan buatan, urutan langkah-langkah
yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi merupakan suatu isu yang penting untuk
diformulasikan. Hal ini harus dilakukan dengan mengidentifikasikan proses try
and error secara sistematis pada eksplorasi setiap alternatif jalur yang
ada.
Algoritma
searching di dalam kecerdasan buatan yang umumnya dikenal adalah
- Uninformed Search Algorithm
Algoritma
yang tidak memberikan informasi tentang permasalahan yang ada, hanya sebatas
definisi dari algoritma tersebut.
- Informed Search Algorithm
Walaupun
dengan menggunakan Uninformed Search Algorithm, banyak permasalahan dapat
dipecahkan, namun tidak semuanya dari algoritma tersebut dapat menyelesaikan
masalah dengan efisien
Uninformed
Search Algorithm
Uninformed
Search sering disebut juga dengan Blind Search. Istilah tersebut menggambarkan
bahwa teknik pencarian ini tidak memiliki informasi tambahan mengenai kondisi
diluar dari yang disediakan oleh definisi masalah. Yang dilakukan oleh
algoritma ini adalah melakukan generate dari successor dan membedakan goal
state dari non-goal state. Pencarian dilakukan berdasarkan pada urutan mana
saja node yang hendak di-expand.
- Breadth First Search (BFS)
Pencarian
dengan Breadth First Search menggunakan teknik dimana langkah pertamanya adalah
root node diekspansi, setelah itu dilanjutkan semua successor dari root node
juga di-expand. Hal ini terus dilakukan berulang-ulang hingga leaf (node pada
level paling bawah yang sudah tidak mempunyai successor lagi).
- Uniform Cost Search (UCS)
Pencarian
dengan Breadth First Search akan menjadi optimal ketika nilai pada semua path
adalah sama. Dengan sedikit perluasan, dapat ditemukan sebuah algoritma yang
optimal dengan melihat kepada nilai tiap path di antara node-node yang ada.
Selain
menjalankan fungsi algoritma BFS, Uniform Cost Search melakukan ekspansi node
dengan nilai path yang paling kecil. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat
antrian pada successor yang ada berdasar kepada nilai path-nya (node disimpan
dalam bentuk priority queue).
- Depth First Search (DFS)
Teknik
pencarian dengan Depth First Search adalah dengan melakukan ekspansi menuju
node yang paling dalam pada tree. Node paling dalam dicirikan dengan tidak
adanya successor dari node itu. Setelah node itu selesai diekspansi, maka node
tersebut akan ditinggalkan, dan dilakukan ke node paling dalam lainnya yang masih
memiliki successor yang belum diekspansi.
- Depth Limited Search
Pencarian
menggunakan DFS akan berlanjut terus sampai kedalaman paling terakhir dari
tree. Permasalahan yang muncul pada DFS adalah ketika proses pencarian tersebut
menemui infinite state space. Hal ini bisa diatasi dengan menginisiasikan batas
depth pada level tertentu semenjak awal pencarian. Sehingga node pada level
depth tersebut akan diperlakukan seolah-olah mereka tidak memiliki successor.
- Iterative Deepening Depth First Search
Iterative
deepening search merupakan sebuah strategi umum yang biasanya dikombinasikan
dengan depth first tree search, yang akan menemukan berapa depth limit terbaik
untuk digunakan. Hal ini dilakukan dengan secara menambah limit secara
bertahap, mulai dari 0,1, 2, dan seterusnya sampai goal sudah ditemukan.
6.
Bidirectional Search
Pencarian
dengan metode bidirectional search adalah dengan menjalankan dua pencarian
secara simultan, yang satu dikerjakan secara forward dari initial state menuju
ke goal, sedangkan yang satu lagi dikerjakan secara backward mulai dari goal ke
initial state. Yang kemudian diharapkan bahwa kedua pencarian itu akan bertemu
di tengah-tengah.
Informed
Search Algorithm
Informed
Search sering disebut juga dengan Heuristic Search. Pencarian dengan algoritma
ini menggunakan knowledge yang spesifik kepada permasalahan yang dihadapi
disamping dari definisi masalahnya itu sendiri. Metode ini mampu menemukan
solusi secara lebih efisien daripada yang bisa dilakukan pada metode uninformed
strategy.
Pada
pencarian dengan menggunakan metode Uniform Cost Search (salah satu bagian dari
Uninformed Search Algorithm), kita membandingkan nilai pada path yang ada, dan
kemudian akan melakukan ekspansi pertama kali pada path dengan nilai yang
terkecil. Nilai path ini biasanya dilambangkan dengan g(n). Lebih lanjut lagi
dari metode pencarian tersebut, pada Informed Search Algorithm, kita akan
mengenal nilai estimasi (prediksi) dari satu node ke node yang lainnya. Nilai
estimasi ini biasanya dilambangkan dengan h(n). Jika n adalah goal node, maka
nilai h(n) adalah nol.
- Greedy Best First Search
Metode
pencarian ini melakukan ekspansi node yang memiliki jarak terdekat dengan goal.
Namun, ekspansi yang dilakukan pada metode ini menggunakan evaluasi node hanya
dengan melihat kepada fungsi heuristiknya. Dengan kata lain, yang dibandingkan
untuk penentuan ekspansi node adalah nilai estimasi/prediksinya saja.
f(n) = h(n)
- A* Search
Bentuk dari
Best First Search yang paling dikenal adalah algoritma pencarian A* (dibaca
dengan “A-star”). Sedikit berbeda dengan Greedy yang hanya melihat kepada nilai
h(n), pencarian dengan A* melihat kepada kombinasi nilai dari pathnya yaitu
g(n) dengan nilai estimasi yaitu h(n).
f(n) = g(n) + h(n)
Uninformed
and Informed Search Exercise
Gambar 3 Uninformed dan Informed Search Problem
Apabila
diberikan kondisi tree seperti gambar di atas, dimana biaya lintasan (path),
dan nilai prediksi/estimasi diberikan, maka kita dapat melakukan simulasi
proses ekspansi node untuk algoritma Uniform Cost Search, Greedy Best First
Search, dan A* Search.
- Uniform Cost Search
Proses
ekspansi pada Uniform Cost Search dihitung berdasarkan nilai lintasan g(n)
sehingga proses akan berjalan sebagai berikut:
f = {S};
f = {C, A,
K}; // 1, 2, 2
f = {A, K,
D}; // 2, 2, 2
f = {K, D,
B}; // 2, 2, 4
f = {D, L,
B}; // 2, 3, 4
f = {L, E,
B}; // 3, 3, 4
f = {E,
B}; // 3, 4
f = {B,
F}; // 4, 4
f = {F, H,
G}; // 4, 6, 7
f = {G, H,
G}; // 5, 6, 7
f = {H,
G}; // 6, 7
Proses
eksplorasi node dimulai dari S sebagai initial state. Eksplorasi node dari S
akan menuju ke A, C, K sebagai successornya. Pada simulasi eksplorasi di atas,
untuk mempermudah proses eksplorasi maka dituliskan dengan C, A, K karena
urutannya dituliskan secara ascending dari nilai g(n) terkecil sehingga akan
dihasilkan urutan node yang akan dieksplorasi selanjutnya. Pada eksplorasi node
selanjutnya, nilai g(n) diakumulasikan dari node awal sampai pada node current
yang baru dieksplorasikan.
Dari proses
di atas, maka dihasilkan jumlah ekspansi node sebanyak 10 kali, dan path yang
dilalui dengan menggunakan algoritma Uniform Cost Search adalah S-C-D-E-F-G.
- Greedy Best First Search
Proses
ekspansi dengan menggunakan algoritma Greedy Best First Search adalah dengan
merujuk pada nilai estimasinya yaitu h(n). Berbeda halnya dengan nilai g(n)
yang diakumulasikan, nilai h(n) tidak diakumulasikan. Proses eksplorasi akan
berjalan seperti berikut ini:
f = {S};
f = {A, C,
K}; // 2, 4, 5
f = {B, C,
K}; // 3, 4, 5
f = {G, C, H,
K}; // 0, 4, 4, 5
f = {C, H,
K}; // 4, 4, 5
Proses yang
dilakukan pada Greedy Best First Search sama seperti Uniform Cost Search, namun
parameter yang digunakan hanya nilai estimasinya.
Dari proses
di atas, maka dihasilkan jumlah ekspansi node sebanyak 4 kali, dan path yang
dilalui dengan menggunakan algoritma Greedy Best First Search adalah S-A-B-G.
- A* Search
Eksplorasi
node dari metode A* dilakukan dengan cara menjumlahkan kombinasi nilai path
g(n) dan nilai estimasi h(n). Penjumlahan dari nilai tersebut akan dibandingkan
untuk menentukan node mana dulu yang akan dieksplorasikan. Prosesnya akan
berjalan sebagai berikut ini:
f = {S};
f = {A, C,
K}; // 4, 5, 7
f = {C, K,
B}; // 5, 7, 7
f = {D, K,
B}; // 5, 7, 7
f = {E, K,
B}; // 5, 7, 7
f = {F, K,
B}; // 5, 7, 7
f = {G, K,
B}; // 5, 7, 7
f = {K,
B}; // 7, 7
Dari proses
di atas, maka dihasilkan jumlah ekspansi node sebanyak 7 kali, dan path yang
dilalui dengan menggunakan algoritma A* Search adalah S-C-D-E-F-G.
http://socs.binus.ac.id/2013/04/23/uninformed-search-dan-informed-search/

Komentar
Posting Komentar